Thursday, September 25, 2008

Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat..

Sebuah perenungan..

Buat para suami baca ya... istri & calon istri juga boleh…

Ini cerita Nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia.

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.

Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang, tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, mereka tinggal dengan keluarga masing-masing dan pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata,
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak... bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.

Dengan air mata berlinang, anak itu melanjutkan kata-katanya, “Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak? Dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji, kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka, “Anak-anakku... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian..”

Sejenak kerongkongannya tersekat, “Kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia. Apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?”

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.

”Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.”

”Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama.. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit..”

Bila Anda merasa bahan perenungan ini sangat bermafaat bagi Anda dan bagi orang lain, mohon kirim email ini ke teman, family dan kerabat Anda lainnya…

Semoga Bermanfaat..

Sumber : Unknown – kiriman email dari seorang sahabat.

http://criezk.blogspot.com/

Wednesday, September 24, 2008

Jalan Setapak

kulangkahkan kaki perlahan
setapak demi setapak

kususuri sebuah perjalanan

sedetik demi sedetik

semakin maju ku berjalan
kutemukan banyak warna
semakin kaki ini terbawa melangkah
takkan menyesali langkah sebelumnya

sementara.. jalan ini kebanyakan lurus
kelak kelok yang ada hanyalah warna
kelokan tidak akan memundurkan langkahku
setiap kelokan adalah permainan

jika beruntung, di depan nanti
kan kutemukan sebuah simpangan
ya.. jalan yang bercabang
setiap cabang yang tak terlihat akhir ujungnya

ke kiri.. ke tengah.. ke kanan..
setiap jalan menawarkan keindahannya tersendiri
oohh.. jalan manakah yang ‘
kan kupilih
duhh.. ku tak tau

ahh.. aku tau sekarang
kan ku suruh diam otakku yang nakal ini
kan kuikuti saja kata hatiku
kan ku biarkan pelita hatiku yang menuntunku

ku percaya di ujung jalan manapun yang kupilih
Kau nanti aku dengan sebuah senyuman
perlahan Kau
kan berkata,
“kemarilah anak-Ku, aku sedang menantimu”.

Jakarta, 24 September 2008

http://criezk.blogspot.com/

Kepingan Sebuah Hati

seonggok hati kutemukan tergeletak tak berdaya di lantai
dag.. dig.. dug.. jatungku berdegup kencang
punya siapakan onggokan hati itu?
onggokan hati yang perlahan semakin pelan gerakannya

tapi kenapa? kenapa hati ini bergetar terus??
oww.. setiap degupan gerak hati itu terasa menggetarkan jiwaku
kurasakan.. onggokan hati itu penuh luka
luka yang tidak dikeluhkannya

ingin rasanya ku lewati onggokan saja hati itu
tapi kaki ini tak kuasa melangkah maju
hanya tangan ini yang mampu bergerak
perlahan.. kupegang dadaku yang terus berdegup kencang

ohh.. ada apa ini?
tak sadar.. tiba-tiba ujung jari telunjukku menembus dada kananku
kedua bola mataku pun seketika menengok ke bawah
astaganaga.. hatiku cuil.. hatiku cacat..!!

kuperhatikan lagi.. potongannya.. warnanya..
lhoh koq.. persis sama dengan onggokan hati yang kutemukan
astaga.. ternyata itu adalah onggokan hatiku sendiri
perlahan tanganku merengkuh onggokan hati itu

perlahan kucoba ‘tuk satukan kembali dengan hatiku yang lainnya
ya.. ‘
kan kurekatkan saja kepingan-kepingan hati yang ada ini
ya.. bagiku setiap kepingan hati punya makna tersendiri
ta’kan sempurna aku jika ada bagian yang kubuang

Tuhan.. sempurnakan setiap kepingan hatiku ini
jadikan setiap goresan adalah pelajaran-Mu
jadikan setiap kepingan penyempurna diri
ya.. kasih-Mu bagiku adalah perekat setiap kepingan hatiku

kupersembahkan setiap kepingan hati ini buat-Mu Tuhan
ya.. hanya buat-Mu saja
s’bab melalui rekatan setiap kepingan aku ingat Engkau
ya.. aku rasakan ada kasih-Mu disana

terima kasih Tuhan

Jakarta, 24 September 2008
saat
kota Jakarta panasnya terasa menyegat melegamkan kulit mulusku

http://criezk.blogspot.com/

Tuesday, September 23, 2008

Cincin Emas dan Kearifan

Suatu pagi Zhi Zhou mendatangi Zun-Nun dan bertanya, “Guru, saya tak mengerti mengapa guru berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amatlah penting, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain.”

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, “Zhi Zhou, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”

sebuah cincin

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, “Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.”

“Cobalah dulu anak muda, Siapa tahu kamu berhasil.”

Zhi Zhou pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang sayur, penjual daging dan ikan. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, Zhi Zhou tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.

Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak.”

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga sepuluh keping emas. Rupanya nilai cincin ini sepuluh kali lebih tinggi daripada yang ditawarkan kepada para pedagang di pasar.”

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi “pedagang emas”.”

“Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat hingga ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya, dan itu butuh proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas.”

Sumber : Unknown

http://criezk.blogspot.com/

Tuesday, September 16, 2008

Tuhanku.. dan Tuhan versiku.?!

Sejak lama, aku punya gambaran tersendiri tentang Tuhan. Aku tau.. Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan Citra-Nya, Gambar-Nya, Rupa-Nya, Wajah-Nya..

Wow.. gimana ya kalo aku membayangkan bentuk Tuhan itu seperti manusia.? Mungkin paling oke kalo Tuhan itu mirip-mirip Brad Pitt.!! Salah satu makhluk terkeren di bumi ini. Atau kayak Angelina Jolie ya.?? Ahh.. Jangan deh Tuhan.. Masaq Tuhan cewek.?? Gak asyyiiik ahh..!! Lhoh.. koq aku malah ngatur-ngatur.? Maaf..

Tak terasa.. imajinasiku ini telah mengecilkan Tuhan.!! Maafkan aku ya Tuhan.. Engkau tidak sekecil itu. Engkau Maha Besar. Tidak seterbatas OTAK-ku yang sangat kecil ini.

Tapi sekarang perlahan mata hati aku mulai terbuka sedikit demi sedikit.. jangan dibutakan lagi ya Tuhan..

Wow.. Aku sekarang bisa melihatMu di dalam diri setiap orang.. Namaste..
Wow.. Aku mulai merasakan kehadiranMu di dalam diri makhluk2Mu.. hewan-hewan maupun tumbuh-tumbuhan..
Wow.. Aku sekarang sudah bisa merasakan kehadiranMu dalam setiap hirupan dan hembusan nafasku..
Terima kasih Tuhan.. Aku sudah mulai bisa merasakan kehadiranMu di dalam HATI-ku..

Ya Tuhan.. Aku mau bilang Terima Kasih.. untuk bisa mencintaiMu dengan Gratis..!! Tidak perlu embel-embel macem-macem.. Ternyata.. Engkau tidaklah sejauh yang kukira dahulu.. Engkau bahkan terlalu amat dekat dengan diri ini ya Tuhan..

Orang bijak bilang, “The Kingdom of Heaven is inside You..!!”
Yes.. Finally, I found You inside me.. Now and Here.. Thank’s GoD..


http://criezk.blogspot.com/

On Children by kahlil Gibran

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you.
And though they are with you yet they belong not to you.

Anakmu bukanlah milikmu.
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri.
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.
Dan meskipun mereka ada bersamamu, tetapi mereka bukanlah milikmu.

You may give them your love but not your thoughts.
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls.
For their souls dwell in the house of tomorrow.
Which you cannot visit, not even in your dreams.

Kamu boleh memberi mereka cintamu, tapi jangan paksakan pemikiranmu.
Sebab mereka memilik alam pemikirannya sendiri.
Kamu dapat memberikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka merupakan penghuni rumah masa depan,
Yang tidak dapat kau kunjungi, bahkan dalam impianmu sekalipun.

You may strive to be like them, but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.

Kau boleh menyerupai mereka, tapi jangan buat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur maupun tenggelam dalam masa lampau.

the archer

You are the bows from which your children as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.

Kau adalah busur dari anak-anakmu yang adalah anak panah kehidupan yang sedang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya.
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.

Let our bending in the archer's hand be for gladness.
For even as He loves the arrow that flies.
so He loves also the bow that is stable.

Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan Sang Pemanah.
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat.
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.

Kahlil Gibran

http://criezk.blogspot.com/

Monday, September 15, 2008

..DaRKNeSS and LiGHT..

Lukisan ini berjudul “Darkness and Light” karya Salvador Dali, seorang pelukis terkenal, yang menggambarkan pengalamannya dengan Psycho-Cybernetics, yang ia berikan sebagai hadiah kepada Maxwell Maltz.

Berikut adalah uraian Dr. Maltz tentang lukisan ini, didasarkan pada percakapannya dengan Salvador Dali ketika pertama kali lukisan ini diberikan kepadanya :

Ditengah-tengah lukisan ini terdapat dunia yang dibagi menjadi dua bagian. Yang sebelah kiri adalah dunia dalam bayang-bayang akibat frustasi. Di sini, ditengah-tengahnya, ada gambaran seorang manusia yang menciut hingga seukuran kentang, menjauhkan diri dari kenyataan, menuju malaikat kehancuran yang hitam. Di bawah, Anda lihat sebuah kapal tanpa layar, hampir terbalik di lautan frustasi. Paruh kedua dari dunia batiniah orang ini adalah terang benderang, penuh keyakinan. Di sini, citra manusia digambarkan sangat besar dan berjalan menuju matahari. Di bawahnya Anda lihat sebuah kapal di perairan yang tenang, hampir sampai ke pelabuhan. Dan apakah pelabuhan ini? Kedamaian Pikiran!! Kita bisa belajar menjauhkan diri dari dunia bayang-bayang akibat frustasi ini ke dalam fajar dunia baru, lewat kepercayaan diri.

Salvador Dali

Dalam suatu wawancara, Dr. Maltz mengatakan,
“Pemberian Dali kepada saya adalah pemberian yang dapat diberikan setiap orang kepada dirinya sendiri. Penting kita pahami bahwa pelabuhan berupa kedamaian pikiran itu tidak mungkin tercapai dengan menjauhkan diri dari kenyataan. Setiap bentuk pelarian yang sederhana hanya dapat mengurangi frustasi untuk sementara waktu, seperti aspirin dapat mengurangi gejala sakit kepala. Hanya dengan bergerak agresif menuju kenyataanlah – yang artinya menemukan kebenaran-kebenaran tersembunyi tentang diri Anda sendiri – Anda baru dapat benar-benar meraih kebenaran pikiran”.

Sumber : The New Psycho-Cybernetics by Maxwell Maltz, M.D. F.I.C.S.

http://criezk.blogspot.com/

Friday, September 12, 2008

Maturnuwun Gusti.. Sumonggo Kerso..

Sekarang.. Jarang sekali aku mendengar kalimat-kalimat seperti di atas dilantunkan dari bibir orang-orang di sekitar aku. Ini membuat aku sekarang merasa sangat beruntung sekali karena dulu sering kali mendengar kalimat-kalimat kepasrahan yang dalam seperti itu ketika masa kecil dahulu. Kedua kalimat tersebut dahulu sering aku dengar dari simbah-simbah di kampung. Indaahhh.. Indaaahhh sekali kalimat itu terdengar.. Ya.. karena aku sadar telah menerima sebuah pelajaran penting tentang laku keikhlasan..

Maturnuwun Gusti… Terima kasih Tuhan.. sebuah ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta, Sang Maha Kuasa. Tanpa kepura-puraan. Bisa kita rasakan kejujuran pengucapannya, apakah dari dalam HaTi atau hanya sebatas lip-services saja..

Sumonggo Kerso… Silahkan Tuhan terjadilah sesuai dengan kehendak-Mu.. woowww… ungkapan yang sangat sangaaatt indah untuk sebuah kepasrahan dan keikhlasan hati atas segala yang diberikan Sang Pencipta, tidak peduli baik maupun buruk bagi kita. Mungkin ini karena mereka yakin bahwa apa yang dari Tuhan adalah baik belaka, sedangkan kita kebanyakan sering menilai baik-buruk menurut “versi” atau "pandangan" kita belaka.

Jika digabungkan, Maturnuwun Gusti.. Sumonggo Kerso.. kurang lebih memiliki makna “Terima kasih Tuhan, Apapun yang Engkau berikan padaku, aku terima dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya.”

Pada akhirnya, aku mulai belajar untuk sering mengucapkan dengan HaTi..
Maturnuwun Gusti… Sumonggo Kerso…
Terima Kasih Tuhan… Aku pasrah dan ikhlas atas semua kehendak-Mu.. Tiada yang lebih Indah bagiku selain ikut Kehendak-Mu…
Amin…


Jakarta
, 12 September 2008
http://criezk.blogspot.com/

Thursday, September 11, 2008

Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di Jari Manis??

Ikuti langkah berikut ini, Tuhan benar-benar membuat keajaiban (ini berasal dari kutipan Cina)


  1. Pertama, tunjukkan telapak tangan anda, jari tengah ditekuk ke dalam.
  2. Kemudian, 4 jari yang lain pertemukan ujungnya.
  3. Cobalah membuka ibu jari anda, ibu jari menwakili orang tua, ibu jari bisa dibuka karena semua manusia mengalami sakit dan mati. Dengan demikian orang tua kita akan meninggalkan kita suatu hari nanti.
  4. Tutup kembali ibu jari anda, kemudian buka jari telunjuk anda, jari telunjuk mewakili kakak dan adik anda, mereke memiliki keluarga sendiri, sehingga mereka juga akan meninggalkan kita.
  5. Sekarang tutup kembali jari telunjuk anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak2. cepat atau lambat anak2 juga akan meninggalkan kita.
  6. Selanjutnya, tutup jari kelingking anda, bukalah jari manis anda tempat dimana kita menaruh cincin perkawinan anda, anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Karena jari manis mewakili suami dan istri, selama hidup anda dan pasangan anda akan terus melekat satu sama lain. Cinta suami isteri kekal abadi.
  7. Sekarang tutup kembali jari telunjuk anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak2. cepat atau lambat anak2 juga akan meninggalkan kita.

Sumber : Unknown

http://criezk.blogspot.com/

Tak Bisa Memiliki

Apakah yang engkau cari
Tak kau temukan di hatiku
Apakah yang engkau inginkan
Tak dapat lagi ku penuhi
Begitulah aku
Pahamilah aku

Mungkin aku tidaklah sempurna
Tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku
Mungkin aku tak bisa memiliki
Dirimu seumur hidupku

by Samsons

http://criezk.blogspot.com/

Monday, September 1, 2008

Filosofi Pensil

"Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya" (Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

"Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal."

"Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman.
Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal".

"Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia".

"Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu".

"Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat".

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Hilang arah.

Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan "tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya". Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari filosofi pensil di atas kita belajar mengenai
lima hal penting dalam kehidupan.

Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti.
Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus berdaya guna.
Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan. Celakanya, kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita, menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.

Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia tidaklah berguna sama sekali.

Kedua, akan terjadi proses penajaman sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.

Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng.

Kadang penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan kita mengeluarkan yang terbaik.

Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan berperan.
Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita.

Pada akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain.
Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari 'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.

Terakhir, pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan.
Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi dan melayani' yang diajarkan oleh Tuhan kita. Itulah sebabnya Ibu Teresa dari
Calcutta ataupun Albert Schweitzer yang melayani di Afrika lebih mengumpamakan diri mereka seperti sebatang pensil yang dipakai oleh Tuhan.

Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan. Tentu saja tidak perlu yang heboh dan spektakuler.

Sumber: Filosofi Pensil oleh Anthony Dio Martin

http://criezk.blogspot.com/